Pernahkah kamu merasa bersalah karena hari kerjamu berjalan dengan tidak efektif? Atau pernahkah kamu bertanya pada diri sendiri mengapa kamu sering merasa lelah padahal tidak melakukan apa-apa? Di masa seperti sekarang, produktivitas dan kesuksesan menjelma menjadi suatu keharusan. Banyak orang “ditolak” haknya untuk beristirahat tanpa alasan yang jelas dan sering juga orang yang tidak memiliki hobi dianggap aneh. Lalu, yang harus dipertanyakan adalah “bolehkah saya menjadi tidak produktif?”
Jebakan Jejaring Sosial
Saat ini kita hidup di era dengan perkembangan dalam semua aspek terjadi dengan begitu cepat dan kita “wajib” dapat mengikuti kecepatan perkembangan tersebut. “Kewajiban” tersebut lahir akibat jejaring sosial. Jejaring sosial kita dipenuhi dengan kisah orang-orang yang telah melewati 10.000 langkah di depan kita dan kita cenderung membandingkan hasil mereka dengan hasil yang telah kita capai. Setelah dipikirkan dengan baik, kita pun sampai pada kesimpulan bahwa kita kalah dalam pertarungan produktivitas ini.
Selain itu, banyak orang juga percaya bahwa semakin beragam aktivitas yang dimiliki seseorang, maka pandangan terhadap orang tersebut akan semakin baik. Memang, mungkin sebagian dari pernyataan tersebut ada benarnya, namun perlu diingat bahwa perubahan ini harus disengaja atau didasarkan oleh niat dari seseorang tersebut. Bukan merubah aktivitas karena “diharuskan”.
Faktanya, dengan kecepatan perkembangan yang kita hadapi begitu cepatnya saat ini, justru buruk untuk kita. Masyarakat terutama yang tinggal di kota besar adalah yang paling terdampak karena hal ini. Masyarakat kota seringkali sangat berjuang untuk uang dan kesuksesan tetapi melupakan waktu istirahat yang tepat dan cukup sehingga mereka menghadapi kelelahan berlebih dan merasakan kecemasan tiada henti.
Kabut dalam Melihat Sesuatu yang “Ideal”
Seperti pernyataan sebelumnya, masyarakat kini sangat menyukai individu yang energik dan aktif dan nampaknya individu yang energik dan aktif ini harus berada di mana saja dan bekerja tanpa henti. Mungkin kita pernah bertemu dengan orang yang terlihat selalu terburu-buru untuk belajar dan bekerja tanpa henti . Mereka yang terus-menerus bekerja hingga larut dan tidak tahu bagaimana orang lain bisa hidup dengan tidak melakukan apapun.
Nah, ternyata hal tersebut sebenarnya adalah salah satu jenis mekanisme pertahanan untuk mengalihkan diri dari masalah dan pikiran obsesif yang terus terbayang serta menghindari kesendirian.
Sebagai satu hal yang perlu diingat, manusia pada umumnya cenderung senang untuk mengabarkan pencapaian mereka dan meninggalkan masalah serta hal buruk yang sedang terjadi di belakangnya. Itulah sebabnya ketika kita sedang scrolling media sosial seperti Instagram, mereka terlihat sangat senang setiap saat.
Maka, bisa dikatakan bahwa jejaring sosial sama sekali tidak dapat menggambarkan gaya hidup dan kehidupan seseorang seceara keseluruhan yang sesuai dengan realitas. Coba lihatlah akun Instagram atau Facebook teman-teman semua dalam perspektif orang lain, kamu mungkin menganggap pemilik profil yang sedang kamu lihat menjalani hidup yang sempurna. Namun, faktanya, kamu sendiri sebagai pemilik profil adalah orang yang paling mengerti apa yang sebenarnya terjadi di hidupmu.
Lalu, Dosakah Kita Jika Beristirahat?
Seseorang tidak harus mengikuti perkembangan masyarakat, internet, atau fashion atau apapun itu. Kamu akan baik-baik saja ketika bangun jam lima pagi setiap harinya saat hal itu adalah pilihan yang dibuat secara sadar tanpa terpaksa, akan berbeda dengan ketika kamu bangun jam lima pagi setiap harinya ketika hal itu “diharuskan” atau karena kamu ingin seperti orang lain. Perlu diingat bahwa tidak memiliki keinginan untuk bangun jam lima pagi setiap paginya juga tak apa, jangan salahkan dirimu sendiri karena kamu tidak bisa seperti orang lain.
Terkadang, tidak melakukan apa-apa adalah cara terbaik untuk melonggarkan dan mengisi ulang energi. Jika kita memikul berbagai tanggung jawab yang di luar kapasitas, kita mungkin akan menjadi tidak efisien dan produktif dalam mengerjakannya. Malah, kita akan merasa aneh dan terlalu tegang dan hal tersebut dapat mengurangi antusiasme kita.
“Produktivitas” ini menurut saya seperti lingkaran setan. Namun, kita dapat menghindari dan keluar dari lingkaran setan ini jika kita lebih memperhatikan diri dan kebutuhan kita dengan baik. Skenario terburuk, produktivitas yang berlebihan akan berakhir pada konsekuensi yang sangat besar bersamaan dengan gangguan psikosomatis pada diri.
Prinsip terpenting dalam hal ini adalah perasaan kita sendiri. Ketika kita merasa sedang jenuh, lelah, maka istirahatlah. Tak apa.
Namun, jika kita berada dalam kondisi ketika tidak dapat mengemban beban kerja yang berat, tetapi tak memiliki pilihan lain selain harus tetap bekerja, cobalah untuk meditasi atau menggunakan teknik istirahat yang berbeda. Pada akhirnya, yang benar-benar tahu tentang diri dan fisik kita adalah kita sendiri. Lalu ketika kita tak dapat menyelesaikan lingkaran setan ini sendiri, jangan pernah ragu untuk meminta bantuan profesional.