Mengundurkan diri dari perusahaan pasti butuh menyiapkan alasan resign kerja yang masuk akal. Kalau alasan resign kerja karena tidak betah semata tanpa disertai dasar yang valid, bisa-bisa perusahaan malah makin menahan keberadaan kita serta memberi berbagai ancaman yang sangat menekan pikiran maupun perasaan pribadi! Wah, lebih baik kita hindari skenario itu dengan mempelajari 6 (enam) alasan resign kerja yang paling oke menurut pihak perusahaan dalam artikel Jagoketik yang satu ini!
Baca juga: Jasa Surat Menyurat 24 Jam Jadi, Rp15.000!
Perubahan Rencana
Life planning pribadi yang ternyata jadi berubah dibanding saat pertama kali masuk kerja bisa jadi alasan resign kerja yang masuk akal. Tidak perlu kiranya bagi kita untuk terlalu merasa bersalah kepada pihak perusahaan atas perubahan life planning atau rencana hidup pribadi, karena begitulah wajarnya seorang manusia sekaligus pekerja profesional dalam menjalani kariernya; selalu berpikir dan mengevaluasi ulang segala langkah yang telah dilakukannya untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal di masa mendatang.
Sebaiknya, alasan resign kerja berupa perubahan life planning diungkapkan setelah melalui selang waktu dan proses berpikir yang matang. Tak perlu terburu-buru bagi kita untuk langsung ‘membunuh’ life planning yang tercetus oleh dan untuk diri sendiri, ataupun langsung mengungkapkannya secara mentah-mentah tanpa penjelasan matang kepada pihak perusahaan. Alasan resign kerja berupa perubahan life planning bisa sangat dimaklumi dan diterima oleh perusahaan. Beberapa contohnya dapat berupa melanjutkan jenjang studi, mendirikan bisnis sendiri, hingga dapat tawaran kerja di perusahaan lain yang lebih pas bagi diri pribadi.
Beda Visi
Alasan resign kerja lainnya yang tak kalah populer serta cukup filosofis adalah perbedaan visi. Dalam hal ini, kasus yang biasanya terjadi adalah sang karyawan sudah memiliki perbedaan pandangan yang tidak bisa dinegosiasikan dengan pihak perusahaan. Kasus seperti itu bisa terjadi karena adanya serangkaian perubahan secara berkala pada diri internal perusahaan ataupun proses refleksi pribadi pada diri sang karyawan setelah menjalani dinamika di dalam perusahaan dari waktu ke waktu.
Perbedaan visi sebagai salah satu alasan resign kerja sebaiknya disampaikan secara khusus dan langsung. Contoh caranya adalah dengan pertemuan empat mata kepada bos perusahaan, kepala pengelola sumber daya manusia, atau kapten divisi dari tempat kita bekerja. Lalu, utarakan perbedaan visi tersebut secara jujur tanpa memainkan pola-pola judgmental seperti terlalu menyalahkan nilai-nilai aktual dari diri perusahaan atau mengklaim kebenaran secara berlebihan dari diri kita sebagai orang yang hendak resign kerja.
Ketidakcocokan terhadap Posisi Kerja
Dibanding beberapa contoh yang lain, alasan resign kerja yang cukup menantang untuk diajukan adalah ketidakcocokan terhadap posisi kerja. Alasan resign kerja karena tidak betah atau tidak nyaman terhadap sebuah jobdesc spesifik bisa jadi bumerang fatal bagi orang yang mau resign, bila dasar argumen dan cara penyampaiannya kurang tepat. Sebab, posisi kerja secara umum diambil oleh seorang karyawan atas kesadaran dan hak penuhnya tanpa dipaksa oleh pihak manapun. Pengecualian baru berlaku bila posisi kerja diubah setelah seorang karyawan bekerja dalam selang waktu tertentu; bisa lebih dimudahkan.
Bila merasa tidak cocok atas suatu posisi kerja, telaah dulu kronologi yang melatarbelakangi diri kita dalam menerima posisi tersebut. Dengan merunut kronologi tersebut, kita jadi punya dasar yang kuat untuk menyatakan ketidakcocokan diri atas posisi kerja yang perusahaan berikan kepada diri kita. Sekalipun merasa tidak cocok, cobalah untuk tidak terburu-buru mengumpulkan berbagai data penguat seperti penurunan prestasi kerja ataupun hilangnya potensi produkutif yang bisa diperoleh akibat posisi kerja yang kita rasa tidak cocok tersebut. Setelah semua persiapan argumen matang, barulah poin yang satu ini akan menjadi alasan resign kerja yang masuk akal di mata perusahaan.
Terbukanya Peluang di Luar
Tak kalah penting, alasan resign saat interview ataupun kerja yang bisa diterima oleh atasan adalah terbukanya peluang di luar perusahaan. Peluang kerja di luar pada dasarnya adalah hak yang boleh dikejar oleh seseorang, selama tidak melanggar berbagai peraturan dasar yang ada. Bagi karyawan yang sudah terlanjur bekerja, alasan resign kerja berupa peluang cerah di luar perusahaan akan bisa diterima selama kita sudah menepati seluruh kontrak tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak (diri kita selaku karyawan dan perusahaan).
Jangan sekali-kali merasa diri pribadi sebagai orang yang buruk bila merasa tertarik terhadap terbukanya peluang di luar perusahaan. Baik peluang tersebut berupa jenis pekerjaan serupa dengan gaji yang lebih tinggi atau berbagai jenis manfaat lainnya, semua itu bisa jadi masuk akal sebagai alasan resign kerja dengan alur komunikasi yang tepat. Pastikan juga, diri kita memang memiliki mental kerja yang baik guna memastikan alasan resign kerja yang kita ajukan nantinya memang layak diterima oleh pihak perusahaan.
Problem Pribadi atau Keluarga
Klasik tapi problematik, problem pribadi ataupun keluarga adalah salah satu alasan resign kerja yang sangat familier. Sekompeten apapun diri kita selaku karyawan di sebuah perusahaan, dinamika keluarga bisa jadi penentu yang mengubah segala masa depan kita di sebuah perusahaan. Terlebih bila perusahaan dan diri kita selaku anggota keluarga sama-sama berada dalam situasi yang sulit, keterikatan pun kerap kali harus diakhiri dengan pengajuan alasan resign kerja dari pihak kita selaku karyawan perusahaan.
Yang paling penting, pengajuan alasan resign kerja berupa faktor keluarga harus benar-benar jujur sesuai kenyataan lapangan. Jangan sekali-kali mencoba menipu perusahaan dengan menjadikan faktor keluarga sebagai pembungkus alasan resign kerja karena tidak betah semata atau yang lainnya. Cukup utarakan secara jujur mengenai permasalahan diri sendiri ataupun keluarga yang memang benar-benar terjadi dan menghambat ikatan kolaboratif antara kita dengan perusahaan, maka pihak perusahaan nantinya dapat menerima alasan secara terbuka dan lapang dada.
Realita Tak Sesuai Ekspektasi atau Kontrak
Poin terakhir mengenai contoh alasan resign kerja yang oke dalam artikel Jagoketik kali ini adalah ketidaksesuaian realita kerja dengan ekspektasi atau kontrak semula. Alih-alih sebatas bersabar tanpa berpikir lebih teliti, kita selaku karyawan justru berhak untuk menyatakan adanya berbagai ketidaksesuaian lapangan pada realita kerja yang benar-benar terjadi. Itu adalah hak penuh kita selaku karyawan untuk mengungkapkannya sekaligus menjadikannya sebagai salah satu alasan resign kerja.
Pada poin atau alasan resign kerja yang keenam ini, kuncinya adalah kita harus bisa menonjolkan diri sebagai sosok yang cermat di hadapan perusahaan. Kecermatan tersebut tidak sebatas dengan menyoroti sebanyak mungkin kesalahan yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada kita, namun juga cermat dalam membaca situasi dan kondisi yang sedang terjadi di perusahaan tersebut. Lalu, kecermatan juga harus didasari dan difokuskan pada kontrak kerja awal yang sudah disepakati.
Suka artikel ini? Yuk, bagikan ke temanmu!
Baca juga:
- 6 Cara Menulis Surat Lamaran Kerja Anti Gagal!
- 5 Perbedaan Malas dan Lelah Mental, Harus Tau!
- 6 Penyebab Pusing setelah Kerja Berat dan Solusinya!