Miris sekali, banyak dari kita yang tidak tau perbedaan malas dan lelah mental! Sekilas, perbedaan malas dan lelah mental terlihat tidak ada dari segi perilaku riilnya. Baik orang yang malas ataupun lelah mental, keduanya sering terlihat sangat loyo dalam pandangan kita. Padahal, ada banyak perbedaan malas dan lelah mental yang harus kita ketahui agar diri pribadi senantiasa sehat. Yuk, cermati 5 (lima) perbedaan malas dan lelah mental yang mimin tuliskan khusus untukmu melalui artikel Jagoketik kali ini!
Baca juga: Jasa Pembuatan Proposal Acara Hanya Rp15.000!
Rasa Kepemilikan atas Jasmani dan Rohani Pribadi
Pertama, perbedaan malas dan lelah mental terdapat pada afeksi yang dirasakan seseorang terhadap eksistensi pikiran dan perasaannya sebagai seorang individu. Mungkin terdengar cukup filosofis dan abstrak, tetapi afeksi internal seperti itulah yang bisa menjadi perbedaan malas dan lelah mental yang cukup menonjol untuk dipastikan pada orang-orang secara umum. Orang yang sedang malas cenderung merasa santai terhadap badan dan emosinya, sementara orang yang lelah mental akan merasakan sensasi ketidaknyamanan yang cukup serius.
Bila berlarut-larut, kondisi orang yang lelah mental bisa memburuk menjadi merasa tidak sanggup hidup dengan badan dan pikiran yang dimilikinya sekarang. Dalam kosakata psikologi, kondisi terkait disebut dengan depersonalization atau rasa keterasingan seseorang terhadap badan dan pikirannya sendiri secara berkelanjutan. Sejauh itulah perbedaan malas dan kelelahan mental menurut psikologi.
Dorongan Semangat dari Dalam Diri
Kedua, perbedaan malas dan lelah mental bisa dilihat dari dorongan internal dirinya (motivasi) untuk semangat beraktivitas. Apabila seseorang sedang sekedar malas dalam batas wajar, pasang surut motivasinya cenderung stabil dan tidak ada penurunan tren secara signifikan. Sementara itu, ciri-ciri lelah mental yang sangat menonjol adalah demotivasi atau penurunan motivasi beraktivitas yang condong ekstrim bila dilihat-lihat dalam beberapa waktu terakhirnya.
Aspek demotivasi bahkan bisa menjadi poin yang menegaskan perbedaan malas dan depresi pada seseorang yang biasanya bersifat energik maupun periang. Bila seseorang dengan karakteristik energik dan periang sedang malas, mereka tidak akan kesulitan untuk kembali menumbuhkan motivasi beraktivitas setelah selang waktu beristirahat. Sedangkan, orang dengan sifat serupa yang tengah lelah mental atau bahkan depresi akan kesulitan menumbuhkan motivasi terhadap hal-hal termudah ataupun yang paling disukainya.
Konsistensi pada Preferensi Rasa Suka
Ketiga, perbedaan malas dan lelah mental ialah seberapa konsisten preferensi rasa suka yang dimiliki oleh seseorang terhadap beragam hal di dalam hidupnya. Poin pembeda yang ketiga ini masih memiliki keterkaitan serta pola yang serupa dengan aspek demotivasi sebelumnya. Bila seseorang sedang merasa malas, preferensinya terhadap hal yang disukai dan dibencinya relatif tetap stabil dan tidak berubah; sekedar sedang mager saja. Berlainan dari itu, ciri-ciri lelah mental justru ialah jadi inkonsisten dalam menyukai dan membenci beragam hal.
Psikologi orang malas terkait dengan preferensi rasa suka memiliki tren labil yang relatif wajar. Separah apapun rasa yang dimiliki oleh orang malas, ia tidak akan membenci dan menyukai sesuatu dengan pola perubahan preferensi yang mendadak berubah secara ekstrim. Sebaliknya, orang yang lelah mental justru bisa mengubah rasa sukanya terhadap suatu hal menjadi rasa benci super tajam hanya dalam waktu yang sangat singkat.
Pola Mood dalam Beraktivitas dan Berinteraksi
Keempat, perbedaan malas dan lelah mental sangat dimungkinkan terdeteksi dari pola mood atau suasana hati seseorang. Orang dengan kondisi yang sebatas malas biasanya memiliki mood yang stabil, bahkan tak jarang sangat rileks nan santai untuk diajak berinteraksi serta mengobrol. Sedangkan, orang yang tengah mendera lelah mental memiliki suasana hati yang tidak kooperatif untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Lebih parahnya, orang yang mentalnya sedang lelah atau depresi akan sangat mudah menjauhi serta memusuhi orang lain. Ketika diajak berbicara atau sekedar bertegur sapa, orang dengan kondisi lelah mental bisa merasa super cuek serta sangat tidak berempati terhadap interaksi positif yang dijalin dari lawan bicara terdekatnya tersebut. Tak menutup kemungkinan, instabilitas mood serupa pada orang yang lelah mental justru memiliki gejala lain berupa bersikap super ramah dengan level keramahan yang tidak pernah ditonjolkan dalam kehidupan hariannya.
Kepedulian dalam Merawat Diri
Terakhir, perbedaan malas dan lelah mental terbuka kemungkinannya ada pada rasa peduli dalam merawat kondisi diri sendiri. Semakin abai seseorang terhadap kesehatan badan maupun psikisnya, maka makin besar kemungkinan dirinya terjebak dalam kondisi lelah mental yang parah. Adapun bagi orang yang sekedar sedang merasa malas produktif, mereka malah tetap menyadari pentingnya perawatan diri seperti banyak-banyak makan dan mandi.
Kiranya ada di antara kita yang sedang butuh waktu khusus untuk kembali merawat diri sendiri, cobalah berani mempercayakan pekerjaan terdekat kepada orang terpercaya. Sebab, pengoperan beban kerja itulah yang bisa jadi salah satu obat lelah mental teruntuk kita yang kehilangan banyak waktu untuk kembali merawat diri. Bila kamu merasa capek dan butuh menyelesaikan pekerjaan, bisa kiranya coba kontak Jagoketik dan percayakan penuntasan dokumen kerjamu pada mitra Jagoan Ketik kami.
Suka artikel ini? Yuk, bagikan ke temanmu!
Baca juga:
- 6 Penyebab Pusing setelah Kerja Berat dan Solusinya!
- Standar Kecepatan Mengetik 10 Jari Zaman Now, Wajib Tau!
- Tips Menjadi Siswa Berprestasi, Kuasai 7 Hal Ini!
