Terkadang, bahasa memiliki cara untuk membingungkan kita, salah satunya ialah tentang kalimat pasif. Kapan kalimat pasif harus dipakai dan kapan kalimat pasif harus dihindari? Mari kita selami bersama.
Apa Itu Kalimat Pasif?
Menurut KBBI, kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya merupakan tujuan dari perbuatan dalam predikat verbalnya.
Sederhananya, kalimat pasif merupakan jenis kalimat yang fokus pada apa yang terjadi atau siapa yang menerima tindakan, bukan siapa yang melakukan tindakan. Berikut adalah contoh kalimat pasif.
- Kalimat aktif: Mark Zuckerberg menciptakan Facebook pada tahun 2004.
- Kalimat pasif: Facebook diciptakan oleh Mark Zuckerberg pada tahun 2004.
Dapat kita lihat bahwa dalam kalimat aktif, orang atau benda yang bertanggung jawab atas tindakan dalam kalimat tersebut didahulukan. Dalam hal ini, “Mark Zuckerberg” ditempatkan di awal kalimat.
Sementara itu, dalam kalimat pasif, “Facebook” menjadi yang terpenting dan kita tidak selalu perlu tahu siapa yang menciptakannya.
Dalam kalimat pasif, orang atau benda yang diperankan didahulukan, dan pelaku ditambahkan di akhir kalimat, serta didahului dengan preposisi “oleh”.
Pada kalimat pasif pun kita bahkan dapat menghilangkan aktor sama sekali, seperti pada kalimat berikut.
- Facebook diciptakan pada tahun 2004.
Kapan Kalimat Pasif Harus Dipakai?
Dalam beberapa kalimat, kalimat pasif bisa diterima dengan baik. Anda dapat menggunakannya dalam beberapa kasus berikut:
1. Aktor atau pelaku tidak diketahui
- Pegawai itu dibunuh saat berada di kamar kosnya. [kita tidak mengetahui siapa yang membunuhnya]
2. Aktor atau pelaku tidak relevan
- Patung Soekarno dengan biaya Rp 10 triliun akan dibangun di Bandung. [kita tidak tertarik pada siapa yang membangunnya]
3. Tulisan ilmiah yang umumnya mengandalkan kalimat pasif
- Dalam bab ini akan diuraikan landasan teoretis yang mendasari penelitian ini.
- Natrium hidroksida dilarutkan dalam air.
Pada kalimat terakhir, Anda dapat mengandalkan pembaca untuk mengetahui bahwa Andalah yang melakukan pelarutan.
Namun, tujuan menggunakan kalimat pasif dalam penulisan ilmiah ialah supaya tulisan berorientasi gagasan, dan bukan berorientasi penulis.
Hal ini untuk memfokuskan pada topik atau pengungkapan peristiwa sehingga unsur pelaku dihilangkan.
Kapan Kalimat Pasif Harus Dihindari?
1. Aktor atau pelaku tidak jelas siapa yang bertanggung jawab atas suatu tindakan
- Baik Zainuddin maupun Aziz menginginkan Hayati. Dia dinikahi. [siapa yang menikahi Hayati? Zainuddin? Aziz? Keduanya?
2. Aktor atau pelaku disembunyikan di dalam teks
- Mahasiswa ditembak gas air mata saat demo.
3. Terlalu bertele-tele dan tidak langsung
- Karena mobil itu dikendarai oleh Andi pada saat kecelakaan, maka ganti rugi harus ditanggung olehnya.
Ciri-Ciri Kalimat Pasif
1. Predikatnya berimbuhan “di-“
- Padi dipanen oleh buruh tani.
2. Predikatnya berimbuhan “ter-“
- Bakso itu tertelan Dimas.
3. Predikatnya berimbuhan “ke-” dan “-an”
- Kami ketakutan saat gempa minggu kemarin.
4. Predikatnya menggunakan kata bantu “kena”
5. Predikatnya mengandung kata ganti orang
- Surat itu telah kami kirimkan kemarin.