Di masa yang serba ribet dan njlimet seperti sekarang, adakah cara menulis transkrip wawancara yang praktis? Tentu saja ada! Tapi, hanya sedikit orang yang benar-benar tau dan bisa menguasainya. Kemampuan dan cara menulis transkrip wawancara sangat menjanjikan untuk kita pelajari, apapun status dan latar belakang kita. Mari pelajari 5 (lima) cara menulis transkrip wawancara yang super praktis, khusus mimin Jagoketik bocorkan buat kamu!
Baca juga: Harga Jasa Transkrip Wawancara Rp3.500, Boleh Nego!
Cek Kualitas Rekamannya Terlebih Dahulu!
Salah satu cara menulis transkrip wawancara yang paling mujarab adalah mengecek kualitas rekaman audionya terlebih dahulu. Pastikan kita tau seberapa jernih atau tidaknya suatu audio yang hendak ditranskrip, agar proses penyusunan transkrip wawancara nantinya tidak terlalu terasa kaget bagi diri kita selaku transcriber-nya. Pengecekan bisa dilakukan dengan memutar audio secara sekilas dan coba loncat-loncat dari menit sekian ke menit sekian; tak harus diputar semuanya hingga selesai.
Hindarilah proses menyusun transkrip wawancara dengan langsung mengetik verbatim tanpa mengecek kejernihan audionya di tahap awal. Cara menulis transkrip wawancara yang didahului dengan checking audio quality akan potensial lebih konsisten dan cepat jadi. Selain itu, kita pun jadi bisa langsung memperbaiki audionya via software tertentu (contoh: Audacity) saat pra-pengetikan verbatim. Bila audio yang eror atau kurang jernih sudah terdeteksi sejak awal, pengetikan verbatim pada bagian audio yang semula rusak tersebut pun bisa prosesnya jadi lebih cepat serta hasilnya lebih akurat.
Asah dan Kuasai Kemampuan Mengetik Cepat!
Dari segi teknisnya, cara menulis transkrip wawancara yang tak kalah penting adalah menguasai kemampuan mengetik cepat. Kemampuan tersebut sangatlah berperan besar dalam proses penyusunan verbatim secara keseluruhan maupun terkhusus dalam melakukan editing atau proofreading atas verbatim yang dihasilkan saat pertama kali jadi. Di sini, konteks kemampuan mengetik cepatnya tentu dengan memakai 10 jari tangan serta ‘buta’ alias tidak dikit-dikit melihat keyboard setiap kali mengetik huruf atau kata-kata.
Makin cepat kemampuan mengetik yang kita miliki, maka semakin ringan pula beban kerja yang harus dipikul dalam menuntaskan suatu pengetikan transkrip verbatim. Berbeda dari penulisan dokumen-dokumen lain yang kiranya tidak terlalu menuntut kecepatan mengetik, dokumen semacam transkrip verbatim akan sangat susah serta lama jadinya bila kemampuan mengetik kita terlalu lambat dibanding audio yang kita transkripkan.
Maksimalkan Ketersediaan Software Relevan!
Solusi terkait cara menulis transkrip wawancara lainnya adalah memaksimalkan ketersediaan software relevan. Di internet, banyak software gratis yang sangat relevan serta menunjang proses penyusunan transkrip verbatim untuk beragam jenis audio. Software–software tersebut sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai alat bantu menulis transkrip wawancara, supaya penyusunan verbatim menjadi terasa lebih mudah serta output akhirnya akan mendekati sempurna atau persis sesuai kata-kata yang terlontar di audionya.
Kendati cukup prospektif dan lumayan menarik, pemanfaatan beragam jenis software relevan sifatnya opsional saja. Keberadaan software penunjang transkrip verbatim tidak terlalu fundamental seperti aspek-aspek yang lain semacam mengasah kemampuan pendengaran, menjaga ‘ketajaman’ mengetik 10 jari, ataupun checking kejernihan kualitas audio yang hendak ditranskrip. Bilamana beberapa di antara kita sudah merasa nyaman dengan aplikasi pemutar audio dan pengolah kata bawaan laptop, itupun juga bisa langsung dimaksimalkan sesuai kebutuhan.
Kondisikan Ruang Kerja yang Nyaman!
Pengkondisian ruang kerja yang nyaman bisa jadi alternatif cara menulis transkrip wawancara bagi kita. Betapapun jagonya seorang transcriber dalam mendengar dan mengetik ulang suatu audio, ia hanyalah manusia biasa yang membutuhkan lingkungan kondusif untuk melakukan produktivitasnya. Begitupun diri kita selaku penyusun transkrip verbatim, pastinya perlu dukungan dari eksternal diri melalui ruang kerja yang terasa nyaman bagi pribadi masing-masing.
Prinsip utamanya, pengkondisian ruang kerja yang nyaman tidak harus identik dengan pemborosan. Bahkan, upaya penataan ulang interior ruang kerja tanpa harus mengeluarkan biaya bisa jadi opsi yang lebih kreatif serta menghasilkan perubahan yang tak kalah menyamankan diri sendiri. Kendati begitu, membelanjakan sebagian uang sesuai ketersediaan modal pribadi juga bisa jadi opsi super cepat yang aksesibel untuk kita pilih; misal dengan ke kafe atau hotel favorit.
Atur Tempo Ketik dan Rehat!
Bahasan cara menulis transkrip wawancara kurang lengkap tanpa memasukkan poin pengaturan tempo kerja. Sendi-sendi jari tangan dan mata kita pasti punya limit atau batas maksimalnya, sehingga rawan sekali bila kita terlalu memaksakan badan pribadi untuk selalu bekerja tanpa kenal jeda dan relaksasi sejenak. Produktivitas secara umum justru lebih maksimal kalau kita mampu mengatur tempo kerja dan istirahat secara proporsional; berlaku juga dalam kaitannya dengan cara menulis transkrip wawancara!
Guna memiliki keteraturan tempo kerja yang baik, cara ter-basic adalah bereksperimen pada diri sendiri. Cobalah mendayagunakan tubuh kita secara maksimal dalam proses penyusunan transkrip verbatim, lalu ukur durasi kerja serta progress yang sudah dicapai dalam rentang durasi tersebut. Setelah itu, rasakan sensasi yang ada pada tubuh kita; capekkah atau masih kuat lanjut? Dari situ, nantinya kita bisa tau batasan rehat dan kerja yang pas dalam menulis atau mengetik transkrip wawancara.
Suka artikel ini? Yuk, bagikan ke temanmu!
Baca juga:
- 6 Kelemahan Aplikasi Transkrip Audio ke Teks
- 6 Trik Belajar Mengetik 10 Jari dalam Semalam
- Jasa Ketik Transkrip Wawancara 24 Jam Jadi!
