Eksistensi Sageuk : Perantara Masa Lampau & Kini Korea Selatan

Hubungan internasional (HI) memiliki beragam instrumen penting yang dapat digunakan untuk menembus batasan geografis negara sehingga mampu mempersatukan masyarakat dunia di berbagai tempat baik secara luring dan daring. Salah satu negara yang berhasil menggunakan instrumen diplomasi budaya untuk memperkenalkan kebudayaannya adalah Korea Selatan, melalui korean wave (hallyu). Fenomena hallyu merujuk pada suatu kebudayaan populer yang menyatukan budaya tradisional dan modern Korea Selatan. Hallyu mulai hangat di Indonesia sejak tahun 2000, dimana stasiun tv Indonesia, seperti Indosiar, RCTI, dan Trans TV mulai menayangkan drama Korea yang booming saat itu.

Sejak hallyu merambah berbagai lapisan masyarakat dunia secara signifikan sehingga berdampak positif bagi kemajuan negara Korea Selatan maka hallyu semakin gencar dalam memproduksi berbagai karyanya di sektor industri kreatif, dimana salah satunya adalah memproduksi drama dan film sejarah. Sageuk merupakan genre drama dan film Korea Selatan yang berlatar belakang sejarah kerajaan atau kehidupan Korea masa lampau dan memiliki beberapa ciri khas, seperti temanya yang terfokus pada politik istana dan perebutan kekuasaan serta memiliki episode yang cukup panjang, yaitu lebih dari 50 episode. Contoh drama sageuk yang telah tayang meliputi Jeong Do Jeon (2014), The Great King’s Dream (2012), The Great Queen Seondeok (2009), dst.

Seiring pesatnya perkembangan genre dalam industri drama dan film Korea Selatan, sageuk juga mengalami kemajuan signifikan sehingga lahirlah sub-genre yang bernama fusion sageuk. Drama atau film dengan genre tersebut mengombinasikan sejarah asli dengan hal fiksi lainnya yang diciptakan oleh penulis karya sehingga menghasilkan sejarah secara atraktif. Ciri khas lain fusion sageuk memiliki episode yang ringkas, yaitu berada dalam kisaran 12 – 20 episode serta sebagai penonton, kita diajak untuk mengeksplorasi berbagai hal didalamnya. Contoh drama fusion sageuk meliputi The King’s Affection (2021), Mr.Queen (2020-2021), Rooftop Prince (2012), The Moon Embracing The Sun (2012), dst.

Meningkatnya peminat fusion sageuk oleh berbagai lapisan masyarakat dunia direpresentasikan oleh penayangan drama The King’s Affection pada 2021 di Korean Broadcasting System (KBS). Berdasarkan salah satu artikel Korea JoongAng Daily, drama yang juga tersedia di Netflix tersebut, menduduki peringkat ke-4 dalam global platform streaming beberapa kali selama penayangannya. Kemudian, memenangkan International Emmy Awards 2022 kategori Best Telenovela dan mengalahkan Brazil dan Tiongkok, serta menjadi drama Korea pertama yang meraih penghargaan di International Emmy Awards.

Melihat bagaimana genre sageuk bertransformasi untuk menyuguhkan karya yang berkualitas kepada masyarakat dunia, kita sebagai salah satu masyarakat dunia yang menikmati karyanya, perlu menelaah dan mempelajari secara mendalam bagaimana genre sageuk sebagai salah satu instrumen diplomasi budaya Korea Selatan dapat  memberikan sumbangsih bagi negaranya. Jika diamati pola keberhasilan Korea Selatan dalam memanfaatkan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan kebudayaannya, maka terdapat 3 kunci utama yang dapat dicontoh oleh setiap negara dalam membangun nation branding melalui kebudayaan:

1. Perkuat nasionalisme bangsa

Suatu bangsa yang kokoh memiliki sikap yang tecermin dari bagaimana masyarakatnya menunjukkan rasa cinta tanah air kepada negaranya. Implementasi sikap cinta tanah air dapat diwujudkan melalui berbagai cara, dimana dalam hal ini merujuk pada berkontribusi melalui profesi yang ditekuni. Ketika melihat bagaimana pelaku industri kreatif Korea Selatan yang selalu berusaha berinovasi dalam menghasilkan beragam karya terbaik mereka, masyarakat dunia diingatkan untuk menyadari bahwa dalam setiap bangsa, terdapat ciri khas masing-masing yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakatnya untuk lebih mencintai tanah airnya masing-masing.

2. Pelestarian sumber sejarah secara berkelanjutan

Salah satu hal terpenting yang dapat dipelajari dari Korea Selatan adalah melalui pesan tersirat “apabila suatu bangsa menghargai dan melestarikan peradaban sejarahnya maka bangsa itu akan maju”. Melihat betapa bukti fisik (bangunan istana, catatan kronologi berbagai peristiwa yang terjadi pada masing-masing era kerajaan, ciri khas masyarakat Korea saat itu, serta tradisi yang melekat pada mereka) Korea Selatan di masa lampau masih tetap terjaga hingga sekarang membuktikan bahwa mereka memperlihatkan kesungguhan mendalam untuk melestarikan bukti peradaban terbaiknya kepada generasi mendatang dan masyarakat dunia. Salah satu kesungguhan tersebut terlihat dari bagaimana Kerajaan Joseon dibawah kepemimpinan Heungseon Daewongun membangun ulang Istana Gyeongbok pada 1867 yang terbakar habis selama invasi Jepang ke Korea.

3. Solidaritas pemangku kepentingan

Hal tak terhindarkan untuk memajukan suatu bangsa dari berbagai sektor adalah membangun tim yang solid untuk meraih visi dan misi yang dituju. Seluruh komponen bangsa harus terlibat dan didukung oleh pembuatan kebijakan yang mengarah pada tujuan utama suatu negara. Mulai dari implementasi hal kecil dalam setiap kesempatan, dapat meningkatkan solidaritas bersama untuk mendukung terwujudnya tujuan yang akan dicapai.

Kesuksesan Korea Selatan dalam memperkenalkan sejarah dan kebudayaannya melalui sageuk sekiranya dapat membuat masyarakat lebih termotivasi agar mampu meningkatkan rasa cinta akan sejarah bangsa sendiri sekaligus meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan oleh pasar saat ini agar suatu individu dan kelompok dapat mengelola sumber daya ataupun warisan secara bijak pada masing-masing negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat WhatsApp
1
Online 24 Jam
Scan the code
Spesialis jasa pengetikan, editing, dan pembuatan berbagai jenis dokumen terbaik No. 1 di Indonesia.

✔ Transaksi aman anti penipuan
✔ Kenyamanan dan kemudahan kerja sama
✔ Pengerjaan cepat dan akurat dengan garansi

Chat Admin sekarang, online 24 jam