Parafrase online memang bisa menurunkan tingkat plagiasi secara gratis, tapi benarkah tidak ada kelemahannya? Atau sebaliknya, jangan-jangan parafrase online gratis yang banyak bertebaran di internet itu punya berbagai kelemahan tersendiri yang harus disadari serta perlu antisipasi ekstra bagi kita yang menggunakannya? Yuk, cermati 5 (lima) kekurangan parafrase online yang tersaji dalam artikel Jagoketik kali ini!
Baca juga: Jasa Menurunkan Plagiarisme: Bisa Parafrase dan Cek Turnitin
Versi Gratisan Penuh Keterbatasan!
Pertama, kelemahan atau kekurangan parafrase online adalah versi gratisnya yang dipenuhi segala macam pembatasan. Utamanya, pembatasan tersebut dapat kita lihat dari jumlah kata maksimal yang diinput untuk diparafrasekan secara otomatis oleh parafrase online. Berbeda dengan melakukan parafrase manual memakai jasa manusia (pribadi maupun tenaga profesional), parafrase yang tersedia secara gratis serta online hanya bisa memproses jumlah kata tertentu saja untuk dibuat parafrasa barunya.
Keterbatasan jumlah kata tentu membuat parafrase secara online tidak bisa dipakai dengan otomatis dan mudah seperti yang kita harapkan. Bahkan, bisa saja lebih mudah bagi kita untuk melakukan parafrase manual dengan kemampuan pribadi ataupun langsung memercayakan jasa profesional saja. Daripada harus terbata-bata menginput kalimat yang mau diparafrasekan lewat parafrase secara online, parafrase manual masih punya keunggulan tersendiri.
Kadang Eror ataupun Susah Cari Alternatifnya!
Kedua, kelemahan atau kekurangan parafrase online yang juga cukup menonjol adalah rentan eror. Namanya juga aplikasi digital, parafrase online maupun alat atau aplikasi parafrase pasti memiliki resiko berupa tiba-tiba eror. Kekurangan tersebut pun ‘diperparah’ dengan tersebarnya situs-situs parafrase yang kualitasnya belum tentu sama rata dan sama bagusnya.
Beberapa situs parafrase yang bisa diakses secara online dan gratis pun justru malah memiliki hasil akhir yang buruk. Dengan begitu, parafrase-parafrase otomatis yang tersedia secara online dan gratis menjadi kurang bisa diandalkan untuk penulisan beragam jenis dokumen. Terutama pada penyusunan dokumen akademik yang berat selevel skripsi, kekurangan parafrase online berupa rentan eror dan kualitas antar situsnya yang tidak tergaransi tersebut menjadi ‘sinyal merah’ utama.
Belum Tentu Bebas Tipo Kata-kata!
Ketiga, kelemahan atau kekurangan parafrase online adalah berpeluang menghasilkan parafrase yang banyak kesalahan redaksionalnya. Kekurangan parafrase secara online pada poin ketiga ini biasanya sangat tergantung pada kemutakhiran dan kecanggihan dari sebuah aplikasi penghasil parafrase otomatis tersebut. Sayangnya, banyak situs serta pengembang aplikasi parafrase yang membatasi fitur pengkoreksi tipo redaksi secara otomatis dengan menetapkan bayaran tertentu; kekurangan parafrase secara online yang mirip dengan nomor satu tadi.
Kekurangan parafrase online berupa rawan banyak tipo redaksional dapat menyebabkan pemborosan waktu. Bagi orang-orang yang sudah terlanjur leha-leha dan memercayakan pembuatan parafrasanya pada situs parafrase secara online dan gratis, mereka justru harus bersiap-siap mengalokasikan waktu khusus untuk mengkoreksi output parafrasa yang sudah dihasilkan dari situs atau aplikasi tersebut. Kembali lagi, fitur proofreading otomatis pada situs parafrase online belum tentu ada (serta tak pasti bagus bilamana memang terpasang).
Mematikan Kreativitas!
Keempat, kelemahan atau kekurangan parafrase online adalah bisa mematikan kreativitas penulis karya ilmiah. Situs maupun aplikasi parafrase yang banyak tersedia di internet memang menawarkan pembuatan parafrasa super mudah yang bisa ditinggal sambil rebahan, namun hal tersebut justru akan memberi dampak negatif bagi proses penulisan serta pembangunan mental dari si penulis karya ilmiahnya.
Masih berkaitan dengan mematikan kreativitas seseorang, kekurangan parafrase online ialah membuat tulisan menjadi kurang hidup. Output tulisan apapun yang dihasilkan oleh artificial intelligence masih cenderung repetitif serta kaku, sehingga parafrasa yang dihasilkan oleh parafrase online pun memiliki kekurangan berupa bahasanya yang kurang alami. Efek negatif lanjutannya, si penulis karya ilmiah yang memakai parafrase online bisa dicap inkompeten dan kaku.
Difitnah atau Dituduh Plagiasi!
Terakhir, kelemahan atau kekurangan parafrase online adalah bisa menyebabkan si penulis karya ilmiah langsung dituduh plagiat. Tuduhan tersebut tidak terlepas dari output parafrasa atau penulisan ulang kata-kata yang dihasilkan oleh aplikasi atau situs-situs parafrase itu sendiri. Output parafrasa dari aplikasi atau situs parafrase gratis seringnya masih mudah dilihat kekakuannya, bahkan oleh mata telanjang orang awam.
Bila mata orang awam saja bisa melihat kekakuan output buatan parafrase online, tentu saja Turnitin maupun detektor plagiarisme lainnya juga sangat bisa mendeteksinya. Sehingga, suatu karya ilmiah yang dibuat tanpa menyadari kekurangan parafrase online dari segi kekakuannya tersebut akan mendapat persentase plagiarisme yang tinggi ketika dicek. Kalau tidak dicek pakai Turnitin alias dikoreksi langsung sama manusia (pembimbing atau penguji), bisa-bisa malah langsung dimarahi serta dicap sebagai tukang plagiat!
Suka artikel ini? Yuk, bagikan ke temanmu!
Baca juga:
- 5 Tips Menurunkan Hasil Plagiarisme dan Skor Turnitin yang Besar
- 3 Tips untuk Menghindari Tingkat Plagiarisme yang Tinggi
- Jasa Revisi Skripsi Anti Plagiasi, Mulai Rp5.000!