Mungkinkah chatGPT bisa Mempermudah Seseorang untuk Menciptakan Karya?

Beberapa waktu ini marak penggunaan chatGPT yang dimanfaatkan untuk beberapa keperluan, mulai dari menulis puisi, lirik lagu, novel, bahkan untuk urusan penurunan skor Turnitin. Selain mengesampingkan pekerja (re: manusia), AI seakan-akan mengakomodasi tingkatan tertinggi dari teori kebutuhan Maslow: penghargaan dan aktualisasi diri. Sadar atau tidak, AI dan chatGPT menjebak manusia untuk mempersempit ruang kreatif.

Yang Tidak Dimiliki oleh chatGPT dalam Penulisan Kreatif

Implikasi chatGPT atau produk AI (artificial intelligence) lainnya sudah sangat jelas: mempermudah sesuatu yang awalnya sulit dilakukan. Namun, dalam ranah dunia kreatif, chatGPT, khususnya, tidak “mempermudah”, melainkan menipu. Penipuan yang saya maksud adalah output dari karya yang diciptakan.

            Bagi seseorang yang menginginkan pengakuan secara instan, terutama mengenai pengakuan sebagai penulis, chatGPT menjadi pilihan terbaik baginya. Tanpa harus repot menentukan alur, penokohan, dan beberapa unsur penulisan karya tulis kreatif lain, sebuah novel akan tersaji dengan cepat dan mudah berkat racikan chatGPT. Kamu bisa menyebutnya dengan licentia poetica.

            AI, termasuk chatGPT bisa mempermudah segala urusan. Sayangnya, AI—dan segala unsurnya—tidak akan pernah memiliki satu hal, yaitu autentik atau licentia poetica, sesuai yang kami sebut di atas. Seorang penulis—yang benar-benar mengandalkan seluruh indranya—akan memiliki “identitas” yang samar di dalam karya tulisnya. Inilah yang tidak bisa dimiliki oleh chatGPT.

            Sebagai contoh, penulis A hendak menyampaikan tujuan dari salah satu tokoh di dalam karya tulis. Anggap saja tujuan tersebut adalah keinginan untuk makan. Dalam penulisannya, penulis A akan menyampaikan identitas kepenulisannya dalam menjabarkan proses sampai tujuan dari tokoh yang ia tulis dengan gaya bahasa atau penjabaran tersendiri. Penulis semacam Aan Mansyur, Danarto, Eka Kurniawan, Seno Gumira, dan sebagainya, mereka memiliki cara masing-masing dalam menuliskan karya kreatif. Lalu, apakah chatGPT benar-benar bisa menduplikasinya?!

Mengenal Licentia Poetica

Sesuai sumber yang kami peroleh (kompasiana.com), menyebut bahwa licentia poetica merupakan lisensi, wewenang, atau hak yang didapat penulis/sastrawan yang terkesan menyimpang dari kaidah bahasa. Bisa pula licentia poetica diasumsikan sebagai keleluasaan penulis yang tidak memiliki “koridor” tertentu dalam menciptakan efek yang diinginkan. Penyimpangan merupakan tindakan yang penulis lakukan secara sengaja atau atas dasar keinginannya untuk menciptakan karakter dalam karya tulis yang ia ciptakan.

            Dengan kata lain, melalui licentia poetica, penulis ingin menciptakan identitas bagi karya mereka. Dengan begitu, para pembaca akan tahu bahwa karya A merupakan buah cipta dari penulis A. Karya B merupakan buah cipta dari penulis B.

            O, ya, satu lagi. Penulisan karya kreatif, seperti novel, puisi, cerpen, dan sebagainya bukan perkara sederhana. Butuh usaha ekstra untuk bisa menciptakan satu karya. Seorang penulis akan merangsang seluruh indra miliknya agar makin peka terhadap lingkungan terdekat. Bahwa karya sastra merupakan representasi dari apa yang penulis temukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat WhatsApp
1
Online 24 Jam
Scan the code
Spesialis jasa pengetikan, editing, dan pembuatan berbagai jenis dokumen terbaik No. 1 di Indonesia.

✔ Transaksi aman anti penipuan
✔ Kenyamanan dan kemudahan kerja sama
✔ Pengerjaan cepat dan akurat dengan garansi

Chat Admin sekarang, online 24 jam