Jika Anda seorang pelajar, penulis buku, jurnalis, blogger, copywriter, ghost writer, dll., memahami perbedaan antara proofreading dan editing akan sangat penting.
Seorang pelajar yang menerbitkan esai yang lemah dan penuh kesalahan tidak hanya mengecewakan pengulas tetapi juga mengurangi peluang untuk menerima nilai tinggi.
Blogger yang menulis artikel blognya dengan sempurna dan untuk menarik minat pembaca meningkatkan peluang untuk meningkatkan pembaca setianya.
Sudah jelas juga bahwa tidak ada buku yang akan diterbitkan tanpa penyuntingan akhir dan pengoreksian akhir.
Konsep editing dan proofreading tampak memiliki arti yang sama. Keduanya dimaknai sebagai mengoreksi dan menyempurnakan kata.
Tentu saja, perlu dicatat bahwa banyak orang melakukan kedua proses ini dengan sebutan “pengeditan” atau “editing”.
Perlu dijelaskan bahwa tujuan artikel ini bukan untuk menjelaskan persamaan konsep-konsep tersebut pembahasan kali ini akan lebih fokus pada perbedaan antara keduanya.
Namun perlu diingat bahwa memahami persamaannya akan membantu mengenali perbedaannya dengan lebih baik.
Mendalami makna pengeditan
Korektor adalah sesuatu seperti seorang ilmuwan dan bertindak seperti seorang seniman di depan seorang editor.
Cendekiawan adalah orang-orang yang metodis dan terorganisir yang bertujuan untuk kejelasan makalah tanpa mengganggu isinya.
Seniman sering kali menghapus atau menambah bagian isi, mencari dan menyesuaikan pola, serta dapat menyesuaikan teks akhir agar memuat lebih banyak konten dibandingkan teks yang ditulis sebelumnya.
Pada dasarnya seorang editor bebas mengaplikasikan karya seninya pada sebuah tulisan.
Pengeditan umumnya dilakukan dengan melalui proses yang disebut CLEAR.
Seorang editor tidak hanya harus memiliki pengetahuan tentang topik dan bidang teks yang relevan, tetapi juga harus memiliki keterampilan menulis yang memadai.
Sesuai dengan keahliannya tersebut, editor harus mampu membersihkan teks artikel melalui proses CLEAR.
Langkah pertama dari proses CLEAR: Konvensi
Setiap pasal mempunyai seperangkat peraturan atau aturan yang harus dipatuhi.
Misalnya, editor akademis yang berpengalaman harus memastikan bahwa artikel tersebut memiliki nada akademis yang sesuai dan memenuhi persyaratan pertanyaan atau ringkasan, dan menggunakan istilah teknis daripada jargon.
Langkah kedua dari proses CLEAR: Logika
Seorang editor yang memeriksa argumen atau posisi yang tepat dari penelitian dapat dengan mudah memastikan konsistensi dan efisiensinya.
Sebuah paragraf atau bab harus diakhiri tanpa pertentangan atau pengulangan tambahan pada paragraf berikutnya.
Langkah ketigga dari proses CLEAR: Akurasi
Seorang editor yang memiliki pengetahuan penuh tentang subjek artikel, editor dapat melihat kesalahan dalam konten dengan pemahaman pribadinya terhadap teks.
Langkah keempat dari proses CLEAR: Referensi
Dalam format akademis, editor yang memahami penulisan akademis juga dapat mengawasi penggunaan referensi Anda.
Ia mengawasi agar bagian atau gagasan yang diambil dari sumber lain digunakan sesuai konvensi dan hanya sumber yang paling valid yang disebutkan dalam artikel.
Penjelasan rinci tentang proofreading
Jika editing adalah suatu bentuk seni, maka proofreading adalah suatu ilmu.
Proofreading mengambil draf akhir sebuah karya dan mempersiapkannya sebelum diserahkan.
Seorang proofreader tidak perlu memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang artikel yang bersangkutan.
Tentu saja, ini tidak berarti siapa pun dapat mengoreksi artikel.
Korektor artikel akademis harus mempunyai keahlian tinggi dalam berbahasa Inggris, khususnya English for Academic Purposes (AAP).