Memberdayakan Anak-Anak untuk Menjadi Resilient Secara Digital

Perkembangan teknologi terus mengalami peningkatan atau sering diistilahkan dengan abad digital. Pada abad ini manusia tidak bisa terlepas dari teknologi didalam kehidupan sehari-harinya. Namun sebagai orang tua yang bijak, kita perlu mengetahui bagaimana cara memberdayakan anak menjadi resilient secara digital?.

Empowering Children To Be Resilient

Anak merupakan aset kepribadian dinamis yang tumbuh dari aktivitas digital melalui keterlibatan dengan peluang dan tantangan yang tepat secara online bukan dengan cara menghindar.

The four elements that connect parents and children

  1. Understanding when you are at risk and acting appropriority
  2. Knowing what to do and when to seek help
  3. Learning from experiences
  4. Having appropriate support to recover

Be a wise parent in dealing with the digital world

Bangun hubungan komunikasi dengan anak secara baik, dapat menggunakan kalimat asertif, hindari kalimat yang menghakimi anak. Ketika anak melakukan kesalahan,  orang tua sebaiknya posisikan menjadi temannya, cari pemecahan masalah secara bersama. Hindari menyudutkan anak, dengan menyalahkan anak. Hal tersebut akan menjadikan hubungan orang tua dan anak menjadi renggang.

Awasi anak namun jangan menghakimi anak dengan kalimat yang menghakimi anak.  Pengawasan ditujukan adalah agar anak menerima paparan yang seimbang, waktu dengan orangtuannya seimbang dengan waktunya menggunakan media elektronik.

Batasi konsumsi gadget anak dengan memberikan batasan waktu. Agar anak tidak kecanduan bermain gadget.

Luangkan waktu bermain dengan anak, dengan menanyakan segala aktivitasnya seharian, hindari bermain gadget didepan anak. Hindari menggunakan gadget ketika anak makan, tidur, dan sedang family time.

Bangun trust and transparancy dengan anak sebaik mungkin. Ketika anak sudah trust kepada orang tua, jaga perasaanya dengan menjaga rahasia itu. Bangun komunikasi terbuka dengan anak, agar anak tidak sungkan dalam mengungkapkan perasaannya.

Menerapkan dan mendidik anak dengan critical thinking.

Menanamkan ke diri kita semua, khususnya orang tua bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk meyakinkan bahwa dirinya “mampu”, “bisa”. Dengan meyakini setiap proses yang dilewati anak tanpa meremehkan setiap proses pembelajarannya. Mendukung dan mendorong rasa percaya diri anak melalui kemampuan yang dimiliki anak. Memfasilitasi anak dengan berbagai media ataupun kegiatan yang dapat merangsang kemampuan berpikir kritisnya.

Bangun mindfulness dan lived experiences melalui kegiatan yang dapat dilakukan secara bersama misalnya, bermain bersama, membaca buku bersama, berdiskusi, mengajak anak masak bersama, melihat video edukasi. Jadikan anak sebagai teman atau sahabat sehingga anak bisa berdiskusi bersama dengan orang tua.

Pada umur berapa anak dipersiapkan untuk menerima informasi didunia digital?

Menurut American Academy of Pediactrics (AAP) anak di bawah 2 tahun yang diperkenalkan dengan televisi dapat menyebabkan permasalahan pada tumbuh kembang anak dalam kemampuan bahasannya. Anak usia di bawah 2 tahun belum memiliki kemampuan kognitif dalam memahami tayangan televisi.

Para ahli sepakat, sebaiknya mengenalkan anak dengan media elektronik menunggu sampai anak berusia prasekolah (sekitar usia 3 tahun ke atas). Pada usia ini, anak dapat dikenalkan teknologi guna membantunya belajar. Konten pendidikan dapat menstimulasi perkembangan anak dengan maksimal.

Semoga bermanfaat 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat WhatsApp
1
Online 24 Jam
Scan the code
Spesialis jasa pengetikan, editing, dan pembuatan berbagai jenis dokumen terbaik No. 1 di Indonesia.

✔ Transaksi aman anti penipuan
✔ Kenyamanan dan kemudahan kerja sama
✔ Pengerjaan cepat dan akurat dengan garansi

Chat Admin sekarang, online 24 jam