Seseorang yang merasa bahwa ia mahir dalam menulis atau menyampaikan seluruh gagasannya ke dalam tulisan, tentu saja akan sering menemukan beberapa kesalahan dalam penulisan. Untuk itu, swasunting menjadi aktivitas yang erat kaitannya dengan proses penulisan, baik penulisan ilmiah maupun kreatif.
Langkah-Langkah dalam Swasunting
Menyunting tulisan memiliki esensi, yaitu mengubah draf naskah menjadi naskah akhir. Bukan semata-mata menyunting atau memperbaiki kesalahan ketik dan ejaan saja, swasunting pun perlu memperhatikan substansi dan bahasa dalam dokumen. Substansi yang dimaksud dalam struktur tulisan adalah memastikan tulisan atau draf naskah telah mempunyai struktur yang lengkap, seperti bagian awal, isi, dan akhir.
Konsistensi menjadi hal penting dalam penyuntingan. Dalam proses swasunting, penyunting perlu mencermati sudut pandang, istilah maupun kata, dan penggunaan gaya bahasa. Penyuntingan pun harus memperhatikan data dan fakta, serta penggunaan konjungsi, pengandaian, dan silogisme. Yang terpenting dalam proses penyuntingan adalah “membebaskan” naskah dari unsur yang bersinggungan dengan legalitas dan norma susila.
Jika aku bisa, ku akan kembali. Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih… (Mesin Waktu, Budi Doremi).
Dari contoh lirik di atas, terdapat satu kata yang terasa janggal. Ya, betul. Merubah (me–rubah). Walaupun yang dimaksud dari kata merubah adalah mengubah, tetap saja makna yang terkandung di dalam lirik tersebut mengalami cacat logika. Sederhananya, merubah bisa diasumsikan ‘menjadi rubah’.
Pedoman dalam Penyuntingan
Segala tindakan memerlukan acuan dan pedoman selama proses melakukannya. Tidak terkecuali dalam hal menyunting naskah yang harus mengacu pada kode etik penyuntingan berikut.
Menghormati gaya penulisan
Masing-masing penulis mempunyai gaya penulisan yang tidak sama. Gaya penulisan tersebut pun seakan menjadi identitas dari si penulis. Sebelum menyunting, sebaiknya mencoba memahami terlebih dahulu gaya bahasa milik penulis.
Penulis naskah bukan penyunting
Untuk mempermudah tugas seorang penulis, maka penulis cukup fokus dalam penulisan saja.
Menyunting sesuai fakta yang terjadi
Walaupun naskah yang disunting adalah karya kreatif (fiksi), tetap saja seorang penyunting memiliki kepekaan terhadap fakta dan data.
Merahasiakan naskah yang disunting
Naskah merupakan sesuatu yang berharga. Sebelum masuk ke penerbitan atau sebelum naskah dicetak, penyunting wajib menjaga kerahasiaan dokumen/naskah yang ia sunting.
Berkonsultasi dengan penulis
Hal yang tidak kalah penting dalam penyuntingan adalah mengonsultasikan bagian yang akan disunting. Penyunting memiliki keterbatasan dalam memahami maksud dari suatu dokumen. Demi mendapatkan pemahaman dan substansi dokumen secara perinci, penyunting perlu berkonsultasi kepada penulis. Apakah bagian yang cacat logika di dalam dokumen perlu dihilangkan atau hanya cukup disunting saja.
Itu saja yang bisa kami sampaikan seputar swasunting dan kode etik penyuntingan. Bila kamu memerlukan jasa penyunting (proofreading) dokumen ilmiah, baik tesis atau disertasi, serta dokumen legal lainnya, Jagoketik adalah pilihan tepat.