Frasa kalimat efektif sering menjadi pembahasan, bahkan sejak duduk di bangku sekolah menengah.
Frasa tersebut pun masih akan menjadi pembahasan ketika kuliah dan bisa jadi sampai saat bekerja.
Lalu, sebenarnya apa itu kalimat efektif? dan bagaimana sebuah kalimat bisa disebut efektif?
Perhatikan penjelasan berikut!
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pokok pikiran atau informasi penulis sehingga pemahaman pembaca sesuai dengan yang dimaksud oleh penulis.
Artinya, pokok pikiran/informasi yang disampaikan oleh penulis sama dengan yang diterima oleh pembaca.
Keduanya akan memiliki latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang sama.
Untuk itu, kalimat yang dipilih penulis harus dapat digunakan untuk menyampaikan pokok pikiran atau informasi kepada orang lain secara lugas sehingga dapat dipahami oleh pembaca itu sendiri.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Berikut penjelasan ciri-ciri kalimat efektif.
1. Kesepadanan Struktur
Sebuah kalimat dapat disebut efektif jika minimal terdiri atas subjek dan predikat. Merujuk pada penjelasan tentang kalimat dasar, bahwa kalimat setidaknya harus terdapat subjek (S) dan predikat (P). Oleh karena itu, maksud dari kesepadanan adalah struktur kalimat efektif sebanding dengan syarat struktur sebuah kalimat. Jika tidak terpenuhinya dua unsur tersebut, kalimat tersebut tidak efektif. Perhatikan kalimat berikut.
- a. Untuk kegiatan siswa baru yang disetujui adalah persami.
- a. Kegiatan siswa baru yang disetujui adalah persami.
Kalimat (1a) merupakan kalimat tidak efektif karena tidak terdapat subjek. Ingat, subjek tidak boleh didahului preposisi. Jadi, kalimat (1a) berpola Keterangan(K)-Predikat(P)- Pelengkap(Pel). Kalimat (2a) merupakan perbaikan dari kalimat (1a) agar menjadi kalimat efektif. Peletakkan preposisi sebelum subjek dalam mengaburkan pelaku dalam kalimat tersebut.
Selain itu, perhatikan penggunaan kata “yang” di depan predikat juga dapat membuatnya menjadi perluasan subjek. Perhatikan kalimat berikut.
- b. Dia yang menjatuhkan piring itu.
- b. Dia menjatuhkan piring itu.
Kalimat (1b) merupakan kalimat tidak efektif karena hanya terdiri atas subjek saja. Kata yang sebelum verba menjatuhkan menjadikan verba tersebut tidak berfungsi sebagai predikat. Kalimat (2b) merupakan kalimat efektif dengan kata dia sebagai subjek dan menjatuhkan sebagai predikat.
Hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu kalimat tidak boleh bersubjek ganda. Terlebih, subjek yang ditulis itu sama. Artinya, kalimat boleh bersubjek lebih dari satu, tetapi tidak menggabungkan subjek yang sama. Perhatikan kalimat berikut.
- Andara sedang sakit sehingga Andara tidak dapat masuk sekolah.
- Andara sedang sakit sehingga tidak dapat masuk sekolah.
Kalimat (1c) merupakan kalimat tidak efektif karena mengandung dua subjek yang sama, yaitu Andara. Oleh karena itu, kalimat (2c) merupakan perbaikan kalimat (1c) agar menjadi kalimat efektif.
2. Kehematan Kata
Ciri kedua yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat, yaitu hindari penggunaan kata yang bermakna sama. Sebuah kalimat dimungkinkan menjadi boros jika terdapat penggunaan dua kata, yaitu kata jamak dan kata bersinonim. Perhatikan kalimat berikut.
- Para siswa-siswi kelas X sedang mengikuti kegiatan persami.
- Peserta masuk ke dalam ruang ujian pada pukul 07.00.
Kata para pada kalimat (1) bermakna jamak dan bentuk ulang siswa-siswi juga bermakna jamak. Penggabungan kedua kata tersebut dalam satu kalimat membuat menjadi tidak efektif. Perbaikan kalimat tersebut, yaitu siswa-siswi kelas X sedang mengikuti kegiatan persami. Kalimat (2) juga merupakan kalimat tidak efektif karena mengandung kata yang bersinonim, yaitu masuk dan ke dalam. Perbaikan kalimat tersebut, yaitu peserta masuk ruang ujian pada pukul 07.00.
3. Kesejajaran Bentuk
Kalimat efektif mensyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan struktur yang harus sama, paralel, atau setingkatan. Dalam perihal bentuk, kesejajaran yang dimaksud adalah adanya kesamaan penggunaan imbuhan, sedangkan dalam perihal struktur adalah kesamaan struktur klausa-klausa dalam kalimat majemuk. Perhatikan kalimat berikut.
- Penelitian itu ditulis oleh tim mahasiswa UI dan jurnal Cakrawala yang memublikasikannya.
Kalimat (1) merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas dua klausa. Dua klausa tersebut, yaitu (i) penelitian itu ditulis oleh tim mahasiswa UI dan (ii) jurnal Cakrawala yang memublikasikannya. Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak terpenuhinya kesejajaran struktur.
Mari kita lihat! Klausa pertama berstruktur S-P-Pel, sedangkan klausa kedua berstruktur P-S, serta adanya penggunaan konjungsi koordinatif dan yang menghubungkan dua klausa tersebut. Ingat, syarat penggunaan konjungsi koordinatif adalah struktur klausa yang digabungkan harus sama. Oleh karena itu, agar memenuhi kesejajaran, struktur kalimat (1) harus diperbaiki menjadi S-P-Pel dan S-P-Pel, atau S-P dan S-P seperti kalimat berikut.
- Penelitian itu ditulis oleh tim mahasiswa UI dan dipublikasikan oleh jurnal Cakrawala. (S-P-Pel dan (S)-P-Pel)
- Yang menulis penelitian itu tim mahasiswa UI dan yang memublikasikannya jurnal Cakrawala. (S-P dan S-P)
Selain itu, terkait dengan penggunaan bentuk (imbuhan) perlu diperhatikan kesejajarannya. Maksud hal tersebut adalah ketika dua atau lebih bagian dari seluruh kalimat membentuk pola yang sama. Perhatikan kalimat berikut.
- Siswa dilarang menyontek, mengobrol, dan tidur selama ujian.
- Gejala penyakit yang dirasakan, yaitu pusing, demam, mau muntah.
Kalimat (1) memiliki kesejajaran karena imbuhan meng- pada kata dasar sontek dan obrol membentuk verba (kata kerja). Kata tidur meskipun tidak berimbuhan meng- termasuk verba. Jadi, kalimat (1) termasuk efektif karena menyontek, mengobrol, dan tidur termasuk kelas kata yang sama, yaitu verba. Kalimat (2) tidak efektif karena kesejajaran bentuk tidak terpenuhi. Kata pusing dan demam termasuk adjektiva, sedangkan kata mau termasuk adverbia.
4. Ketegasan Makna
Penggunaan kata dalam kalimat efektif haruslah tidak menyebabkan multitafsir sehingga nantinya tidak memunculkan keambiguan (ambiguity). Maksudnya adalah makna kalimatnya lebih dari satu, menjadi kabur, atau bahkan meragukan. Terutama saat membuat kalimat larangan, perintah, atau anjuran yang umumnya diikuti partikel -lah dan pun. Perhatikan kalimat berikut.
- Kamu bukalah jendela itu agar terang.
- Bukalah jendela itu agar terang.
Kalimat (1) merupakan kalimat tidak efektif karena kata bukalah seolah mengacu pada subjek kamu. Agar menjadi kalimat efektif, subjek tidak perlu ditambahkan pada kalimat perintah. Kalimat (2) merupakan perbaikan dari kalimat (1).
5. Kelogisan
Kalimat logis adalah kalimat yang masuk akal atau bisa diterima oleh akal. Logis artinya sesuai logika, benar menurut penalaran atau masuk akal. Perhatikan kalimat berikut.
- Dosen itu mengajar mata kuliah Statistika di kampus UI.
- Siswa yang kehilangan tas harap diambil di ruang pengawas.
Kalimat (1) tidak logis karena yang diajar mata pelajaran, bukan mahasiswa. Kalimat seharusnya, “Dosen itu mengajarkan mata kuliah Statistika di kampus UI.” Kalimat (2) juga tidak logis karena yang diambil siswanya atau sepatunya. Berdasarkan kalimat (2) berarti yang diambil siswa yang kehilangan sepatu.
Lima ciri-ciri di atas merupakan syarat dalam menyusun kalimat efektif. Perlu diingat, sebelum itu perlu juga memahami pola/struktur kalimat. Hal ini menjadi alasan perlu dilakukannya parafrase.